Jumat, 09 Juli 2010

RITEL TRADISIONAL DI ANTARA TUNTUTAN UNTUK BERTAHAN DAN BERBENAH

RITEL TRADISIONAL DI ANTARA TUNTUTAN UNTUK BERTAHAN DAN BERBENAH

Banyak kalangan menyuarakan jeritan pelaku ritel tradisional yang merasa terancam dengan pertumbuhan ritel ritel modern yang sangat pesat. Banyak saran dan usulan mencoba mencarikan jalan keluar bagi kemungkinan terus menurunnya daya tahan usaha ritel tradisional, mulai dari keinginan untuk membatasi jumlah ritel modern dalam setiap lokasi, membatasi waktu buka atau operasi ritel modern, maupun pembatasan luas selling area dan item barang dagangan yang ditawarkan, sampai pengumpulan atau pengelompokan keberadaan ritel modern khususnya skala besar pada satu lokasi tertentu. Semua upaya ini, di arahkan untuk mencoba melindungi serta memberikan kesempatan ritel tradisional untuk bertahan di tengah mulai bergesernya pola perilaku belanja pelanggan khususnya konsumen di kota-kota besar Indonesia.
Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah juga tidak kalah pentingnya, baik terkait dengan regulasi maupun aktivitas kongkrit untuk membantu dalam merevitalisasi pasar-pasar tradisional dan ritel tradisional. Semua diarahkan untuk membantu pelaku ritel tradisional survive ditengah persaingan usaha dewasa ini.

Peluang Tumbuh Ritel Tradisional versus Ritel Modern

Sektor ritel secara umum sebenarnya juga mengalami dampak penurunan sebagai akibat turunnya kondisi perekonomian secara nasional. Namun dalam pertengahan semester tahun ini sudah mulai menunjukkan pertumbuhan yang cukup signifikan. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Invesment Banking Research Agency (IBRA) pada format ritel modern yaitu hipermarket dikatakan bahwa omset hipermarket terus berkembang, Apabila pada tahun 2000 dariRp 9,3 trilyun naik menjadi 11,8 Trilyun dan tahun 2001 menjadi 16,5 trilyun, maka tahun 2003 diperkirakan mencapai 33,7 Trilyun. Posisi seperti ini mengakibatkan omzet hipermarlet mencapai 32,3% dari total omset ritel modern pada tahun 2000 dan bisa mencapai 38,6% pada tahun 2005.
Jika pertumbuhan omzet hipermarket yang notabene merupakan salah satu wujud ritel modern digambarkan dalam data-data di atas, tentunya mau tidak mau secara faktual, terdapat bagian pasar ritel tradisional yang tersedot oleh ritel modern.
Bagaimana sebenarnya peluang tumbuh ritel tradisional? Bagaimana ritel tradisional menyikapi kondisi ini?
Jika analisis dilakukan secara komprehensif dan luas, dapat dikatakan bahwa kapasitas industri ritel Indonesia cukup besar. Ketakutan ritel tradisional akan tersedotnya pangsa pasar mereka untuk beralih pada ritel modern memang bisa dipahami khususnya untuk kota-kota besar di Indonesia. Namun jika melihat kapasitas industri ritel Indonesia secara keseluruhann maka ketakutan tersebut kurang beralasan. Argumentasi mendasari pernyataan di atas, sebaiknya dilandasi oleh pemikiran dengan menggunakan hitungan kasar dan sederhana sebagai berikut: Jika pada tahun 2003 tercatat kurang lebih sebanyak 527 ritel modern (kelompok orientasi makanan seperti supermarket dan hipermarket skala besar dan menengah) di Indonesia yang beroperasi di kota –kota besar sekitar area Jakarta (BOTABEK), Surabaya dll. Apabila jumlah tersebut diperkirakan meningkat 10% setiap tahunnya, maka pada akhir tahun 2005 diperkirakan jumlahnya menjadi sekitar 638 ritel modern. Jika diperbandingan dengan total populasi penduduk yang lebih dari 220 juta jiwa, maka dapat dibayangkan bahwa sebuah toko ritel modern mengkover jumlah planggan yang sangat besar yaitu sekitar 345.000 jiwa.
Dengan melihat kapasitas industri ritel Indonesia yang cukup besar tersebut, tentunya masih terbuka peluang tumbuh bagi ritel tradisional. Memang peluang tumbuh ritel tradisional di kota besar yang notabene mempunyai daya beli, akan sangat berat karena berhadapan frontal dengan ritel modern dan pola belanja konsumen kota yang berubah, namun dalam konteks lokasi pinggiran kota besar, kota kecil dan pelosok tentunya peluang ritel tradisional masih sangat terbuka. Peran pemerintah untuk membuat regulasi yang menghambat bertemunya secara frontal ritel tradisional skala kecil dan menengah dengan ritel modern terutama skala menengah besar dipandang juga sebagai langkah yang cukup berarti untuk membantu tetap survivenya ritel tradisional skala kecil maupun menengah.

Berbenah- Sebuah konsekuensi Logis untuk bertahan dan tumbuh

Tidak ada kata terlambat untuk berbenah jika diyakini bahwa peluang pasar ritel tradisional masih terbuka lebar. Berbenah merupakan sebuah konsekuensi logis dari keputusan untuk dapat tetap bertahan survive dan terus tumbuh. Apalagi jika wacana bahwa ritel modern merupakan rival berat yang mau tidak mau harus dihadapi.
Langkah awal melakukan pembenahan diri adalah membuka paradigma baru pelaku ritel tradisional tentang pentingnya adopsi pengelolaan ritel modern untuk diimplementasikan pada ritel tradisional skala kecil maupun menengah.
Langkah berikutnya adalah aktualisasi manajemen ritel modern dalam operasional ritel tradisional. Aktualisasi dan implementasi proses adopsi pengelolaan ritel modern dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: Ritel harus dikelola dengan memperhatikan,
q Pilihan Lokasi yang tepat dan strategis
q Memperhitungkan potensi pembeli
q Jenis dagangan tearah
q Seleksi Merek ketat
q Memilih pemasok yang terpercaya
q Penjualan dicatat dan dipelajari
q Keuntungan per kelompok produk dihitung dengan cermat
q Penjualan sebaiknya dilakukan secara tunai sehingga memudahkan pengaturan cash flow
q Beroperasi dengan efisiensi tinggi
q Manajemen keuangan dan akuntasi
q Cash flow dikelola baik
q Rugi laba dicatat dan dipelajari
q Pengembangan bisnis terencana


Dengan mengadopsi manajemen/pengelolaan ritel modern, meskipun skala bisnis ritel dikategorikan dalam skala kecil dan menengah, namun diharapkan akan mempunyai daya tahan untuk tetap survive dan tumbuh secara optimal.

Langkah Terakhir adalah melakukan evaluasi berkesinambungan dengan terus melihat potensi pasar melalui fokus perhatian pada kebutuhan/keinginan pelanggan maupun pola strategi yang dijalankan oleh pesaing. Profesionalitas pengelolaan ritel tradisional tercermin dalam konsistensi dijalankannya langkah-langkah tersebut. Pemahaman yang mendalam bahwa bisnis ritel adalah bisnis yang sangat detail akan membangun spirit untuk terus berupaya mendapatkan akumulasi margin keuntungan yang meskipun tipis tapi jika dikelola dengan baik akan menyumbangkan keuntungan usaha yang cukup besar pada akhirnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar