Jumat, 16 Juli 2010

Anda Berbakat Jadi Pengusaha ?

Perempuan sebenarnya memiliki kemampuan yang sama dengan laki-laki dalam berbisnis. Yang perlu diperhatikan adalah memilih bisnis yang cocok untuk dirinya. Untuk mengenali bisnis yang sesuai dengan karakter Anda, terlebih dulu Anda perlu mengenali hobi dan minat Anda. Sesuatu yang dilakukan dengan rasa senang dan tidak menjadi beban tentu akan bertahan, dan berkembang cepat.

Selain itu, Anda perlu meyakini bahwa Anda memang sudah siap berbisnis. Indayati Oetomo, International Director John Robert Power, menjelaskan hal-hal yang merupakan petunjuk bahwa Anda siap berbisnis:

1. Saat Anda melakukan suatu pekerjaan dan Anda tidak cepat merasa lelah atau bosan, itulah tanda bisnis yang tepat untuk Anda.

Spoiler for bosan:


2. Anda melakukan bisnis karena Anda suka dan mampu, dan bukan hanya ikut-ikutan tren. Akan lebih baik kalau bisnis yang Anda lakukan merupakan join bersama teman, kalau Anda baru mau memulai dunia bisnis.

Spoiler for friendship:


3. Anda menjalankan bisnis yang berbasis hobi, karena lebih bisa berkembang dan berinovasi. Anda tidak pernah lelah untuk mencari hal-hal yang baru.

Spoiler for inovation:


4. Anda sudah memahami apa objektif Anda dalam berbisnis. Apakah untuk sekadar membunuh waktu (agar tidak merasa menganggur), tuntutan ekonomi (membantu pasangan), atau karena ingin berkarier.

Spoiler for nganggur:


5. Anda sangat percaya diri. Sebab seseorang yang insecure (tidak pernah puas atau bangga dengan diri sendiri) akan menjadi hambatan dalam usaha. Bisa jadi saat ada sedikit terpaan dalam bisnis, Anda akan menyerah.

Spoiler for pd:


6. Anda berani mengambil resiko dalam berbisnis, meskipun ada potensi untuk gagal atau menerima kekalahan. Namun Anda harus sudah punya rencana cadangan atau back up saat resiko yang Anda ambil justru salah.

Spoiler for berani:


7. Anda selalu mencermati keadaan pasar dengan terus meriset dan ikut serta dalam diskusi, pameran, atau seminar. Anda rajin memperluas networking dan menambah pengalaman.


Spoiler for networking:


8. Fleksibel dan tidak takut mengambil keputusan. Dalam dunia bisnis, keputusan bisa berubah dalam hitungan menit bahkan detik. Jadi bersiaplah.

Spoiler for fleksibel:

Toko Hemat ala Jepang

Toko Hemat ala Jepang

TANPA publikasi besar, hadir toko hemat unik ala Jepang di Bay Area. Namanya Daiso. Inilah jaringan ritel hyaku en shop, yang menghadirkan toko paling besar di Amerika, di Daly City, permukiman penuh orang Asia di selatan San Francisco sejak Desember 2006.

Dari etalase depan dan sejumlah sign dalam toko, ada terpampang info semua barang cuma $ 1.50 saja, kecuali bertanda lain! Apa saja yang ditawarkan Daiso? Kebutuhan sehari-hari orang modern. Lokasi Daly City menyimpan sedikitnya 30.000 dari 90.000 koleksi barang network ritel yang mengiklankan diri sebagai pemasok livingware nomor satu di negeri sakura ini.

Pernak pernik cantik di toko ini diperuntukkan segala usia. Mulai dari mainan anak, snack, souvenir, barang pecah belah, stationary, peralatan dapur, tetek bengek housekeeping dan gardening, dekorasi rumah, sampai rompi buat si doggy atau si kitty.

Daiso yang berarti “Kreasi Hebat”, menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mencari dan mengembangkan setiap produknya yang lain dari yang lain. Kebanyakan masih berlabel Jepang dan berukuran metrik ala Jepang.

Bagaimana mungkin harga pernak-pernik Daiso bisa tetap miring? Ini bukan karena menjual barang “cuci gudang” dari toko lain. Formula Daiso untuk menjual barang berharga miring bisa jadi karena memborong langsung berbagai produknya langsung dari pembuatnya dalam jumlah besar.

Yang pasti semua knick knack Daiso tampil imut-imut dan bikin gemes mata. Apalagi kalau Anda belum pernah berpetualangan ke toko-toko bernuansa Jepang. Sudah ada Daiso di Indonesia? Hhmm, soal shopping di Indonesia, apa sih yang gak ada?

Jangan salah, sejumlah bendera mini Indonesiapun menghiasi koleksi Daiso di Daly City. Artinya, ada dong orang Indonesia yang berbelanja ke sana. Daiso bukan buat tante-tante dan ABG (anak baru gede) saja kok. Ada oom-oom tua muda yang perlu perkakas rumah tangga. (www.kabarinews.com)

Daiso Daly City
(Seberang Target Store)
146 Serramonte Center
Daly City, CA 94015
(650) 992-7462

Strategic Change Champion

CHAMPION bisa punya pengertian ’somebody who exemplifies excelence or achievement’. Strategic Change Champion adalah individu di dalam organisasi yang memiliki inisiatif dan memimpin proses perubahan strategis dan membawa orang lain untuk bersamanya melakukan perubahan.

Hadiah Strategic Change Champion diberikan kepada Chairul Tanjung, karena inisiatif dan kepemimpinannya dalam proses perubahan strategis di berbagai organisasi bisnis pada masa krisis serta kesungguhan tekadnya untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa Indonesia.

Ada sebuah cerita menarik ketika krisis melanda dunia bisnis yang berdampak pada grup bisnisnya. Chairul Tanjung pantang menyerah. Ia berkeliling Indonesia bertemu dengan seluruh karyawanya.

Apa pesanya kepada para karyawan? Ada tiga pesanya. Pertama, “jika krisis yang kita hadapi sangat panjang dan semua orang harus mati, maka pastikan anda menjadi orang yang terakhir mati”.

Kedua, “jika krisis yang kita hadapi ini sangat panjang dan hanya tersisa satu orang yang hidup, maka pastikan anda menjadi orang tersebut”. Ketiga, “jika tidak terjadi krisis maka pastikan anda menjadi orang yang paling bahagia karena anda sudah siap”.

Cerita itu melukiskan bagaimana sosok Chairul Tanjung dalam berbisnis. Berbinis seakan perjuangan kemerdekaan. Urusan mati hidup. Semangat pantang menyerah. Selalu siaga dalam menghadapi kemungkinan terburuk.

Spirit semacam ini yang membuatnya kembali dan kembali bangkit ketika jatuh bangkrut di awal-awal perjalanan bisnisnya. Bahkan, jejak lompatan besar bisnisnya terjadi ketika Indonesia mengalami krisis berkepanjangan.

Ketika krisis terjadi, ia mengakuisisi sebuah kecil yang nyaris bangkrut, Bank Karman. Sebuah keputusan yang dinilai kontroversial oleh orang-orang dekatnya. Tetapi spirit perjuangan membuatnya berhasil mengubah bank itu menjadi Bank Mega. Mengubah bank kecil hampir bangkrut menjadi bank papan atas.

Dalam berbisnis, Chairul Tanjung lihai mengkawinkan antara peluang dengan visi bisnisnya. Ia cermat melihat keadaan disekitar, melihat sisi positif dari keadaan itu dan menciptakan gambaran terang akan masa depan bisnisnya.

Jejak awal kekuatanya itu sudah tampak ketika ia mengubah ruang bawah tangga di kampusnya menjadi tempat bisnis fotocopy, yang akhirnya menjadi trend yang muncul di seluruh kampus Universitas Indonesia. Pola semacam ini terlihat juga pada langkah-langkah bisnisnya di kemudian hari.

Langkah bisnisnya masuk dalam media dengan mendirikan Trans TV, yang hadir ketika telah banyak stasiun televisi tetapi berhasil menempati posisi yang unik dan beda. Melalui program-program inovatif dan kreatif, Trans TV berhasil melompat dalam jajaran atas dunia pertelevisian Indonesia.

Pada akhirnya, perjalanan Chairul Tanjung, telah merambah berbagai bidang bisnis dalam payung Para Group, yang berpusat pada yaitu bidang financial services, bidang media-lifestyle- entertainment, dan bidang energy-mining-infrastructure.

Sepak terjang dalam dunia bisnis telah menjadikannya sebagai The Rising Star. (www.mppo.psikologi.unair.ac.id/http://appreciative organization.wordpress.com)

Standar Layanan Toko

SAYA sering kagum dengan toko yang baru saja dibuka. Staf penjualan atau yang sering disebut SPG bisa tampil ramah. Mereka berdiri di pinggir isles (jalan untuk lewat customer) menyambut tamu sambil menebar senyum manisnya.

Tak lupa tegur sapa seperti, “Selamat pagi/siang/malam Pak…”. “Ada yang bisa kami bantu Pak?”.

Begitulah suasana pembukaan sebuah toko baru. Selalu menjanjikan sebuah harapan baik. Masalahnya, berapa lama sebuah toko baru itu mampu mempertahankan apa yang mereka pertontonkan di minggu-minggu awal pembukaannya?

Coba Anda kembali 1 atau 2 bulan kemudian. Masihkah mereka menyajikan keramahan yang sama seperti pada saat-saat awal? Hampir bisa dipastikan jawabannya “tidak”. Itulah penyakit dari sebuah pengelolaan bisnis yang berorientasi pada pelayanan, yaitu tidak konsisten dalam menjaga standar mutu yang sudah ditetapkan.

Herannya, para pemilik dan pengelola bisnis ritel ini sepertinya lupa untuk membuat standar itu terjaga . Ada juga peritel yang terheran-heran ketika disodorkan fakta bahwa stafnya sudah tidak melakukan hal-hal yang dikatakannya sebagai standar pelayanan mereka.

Pengunjung yang masuk ke toko Anda merupakan suatu potensi bagi terjadinya suatu transaksi. Bukankah untuk itu toko kita ada di sana, yaitu untuk melayani pelanggan.
Pengunjung yang sudah masuk ke toko kita dengan berbagai cara harus diubah menjadi sebuah transaksi, dengan cara menawarkan barang-barang yang jadi kebutuhannya.

Mereka yang sudah masuk ke toko dengan tujuan cuci mata atau windows shopping, maka ada peluang bagi kita menerbitkan keinginannya melalui barang-barang yang tersedia di toko kita melalui pen-display-an sedemikian rupa sehingga menimbulkan imajinasi yang sesuai.

Adanya informasi yang memadai akan benefit suatu barang sehingga pengunjung tertarik untuk mencoba. Suasana toko, penerangan, musik, aroma, harus mendukung terciptanya suasana belanja yang nyaman sehingga mereka betah berkeliling sambil melihat-lihat persediaan yang ada di toko.

Banyak di antara staf penjualan yang tidak melakukan upaya yang cukup untuk melayani pelanggan yang sudah masuk ke toko sehingga kehadiran pengunjung banyak yang tidak menghasilkan transaksi.

Barang-barang yang kita jual bisa sama dengan yang dijual toko lain. Model sebuah baju bisa lebih kurang sama. Kualitas pun demikian. Lalu, apa yang menjadikan alasan bagi pelanggan untuk datang dan belanja di toko kita?

Suasana dan pelayanan yang lebih baik. Lebih ramah. Lebih membantu. Bisakah kita mengubah toko kita dari toko yang dingin menjadi toko yang hangat, penuh keramahan, dan sangat membantu sehingga pengunjung yang masuk ke toko kita berubah menjadi pelanggan dan akhirnya menjadi pelanggan setia.

Dari 100 % pengunjung potensial/prospektif, berapa persenkah yang mampu anda konversikan menjadi pelanggan dalam arti membeli dari kita. Dari setiap transaksi yang terjadi berapakah nilai average basket dari setiap transaksi? Jika karena pelayanan dan keramahan kita yang luar biasa mereka menjadi pelanggan setia, tidak sekedar menjadi pelanggan satu kali maka potensi sales Anda akan jauh lebih besar lagi.

Sesungguhnya kelangsungan sales kita banyak tergantung pada berapa banyak pelanggan setia kita yang kembali lagi dan lagi.

Hitungannya sangat jelas. Perhatikan rumus berikut:

Annual Turn Over = Leads X Conversion Rate X Return Customers X Rupiah Value/sales

Keterangan dan contoh perhitungan :
Leads = customers prospective= 4.000
Conversion Rate = menjadi customer/membeli= 25%
Return Customer = kembali membeli = 2 kali
Rupiah value/sales = 100.000
Maka, Annual Turn Over = 4.000 X 25 % X 2 X Rp 100.000 = Rp 200.000.000

Seandainya, upaya-upaya kita untuk melayani lebih hebat dalam banyak hal mampu meningkatkan 10% saja dari prestasi kita tahun sebelumnya maka perhitungannya akan menjadi:

Annual Turn Over = 4.400 x 27,5 % x 2.2 x Rp 110.000 = Rp 292.820.000

Dengan kata lain upaya 10 % peningkatan terhadap apa yang sudah kita miliki akan menghasilkan peningkatan Annual Turn Over sebesar 46%.

Pengujung yang sudah masuk ke toko kita, mereka inilah yang membuat bisnis kita terus bergulir. Apa artinya kehebatan display dan barang berkualitas baik serta layanan prima yang disiapkan tanpa adanya pengunjung?

Pengunjung toko kita adalah alasan dari keberadaan bisnis kita. Perlakukan pengunjung toko Anda dengan keramahan, bantuan, dan segala yang diperlukannya. Jadikan, mereka pelanggan setia dan itu adalah jaminan bagi kestabilan sales Anda. (hs)

*Christian F Guswai adalah konsultan Manajemen Bisnis Ritel dari G&P Retail Consulting (www.gnp-consulting.com) dan penulis buku “How to Operate Your Store Effectively yet Efficiently”.

Potensi Pasar (Market Potential)

PEMBACA ritelonline, kali ini kita akan melihat bagaiman sebuah industri ritel melihat potensi pasarnya, atau bisa juga hal ini dijadikan cara mencari lokasi untuk industri ritel dan faktor-faktor apa saja yg menjadi tolak ukur dari pemain ritel.

Hanya ada delapan faktor utama yg perlu kita lihat dan pelajari dengan baik. Kita langsung pada potensi-potensi pasar yang harus kita perhatikan. Mari kita lihat dan pelajari atau bahas satu persatu.

POPULATION CHARACTERISTICS
Populasi karakter ini adalah hal yang terpenting, yangg harus dilihat sebagai langkah potensi pasar pertama. Lihat secara detail dari populasi yang ada di area tersebut, baik dalam jumlah perkembangan penduduk, fasilitas yang mendukung industri ritel itu, baik dalam industri sektor lain tapi yang mempunyai multiplier effect dengan usaha ritel kita, seperti industri jasa ataupun industri sosial faktor di daerah itu, seperti rumah sakit, sekolah dll.

Populasi karakter harus melihat dengan detail, baik dimulai dari segi manusianya, umurnya, latar belakang edukasi mereka, pekerjaan, ras, suku dan juga perkembangan pasar industri yang ada. Sering sekali survei hanya melihat dari data perkembangan jumlah penduduk atau kepadatan penduduknya, tapi bukan dari karakter populasi yang terjadi, ini jauh berbeda.

Perkembangan jumlah penduduk hanya perkembangan asumsi potensi jumlah customer saja tetapi populasi karakter kita melihat dari semua sudut pandang yang menjadikan sebuah karakter yg menjadi ukuran kekuatan potensi pasar yang ada.

BUYER BEHAVIOR CHARACTERISTICS
Hal lain yang sangat menjadikan sebuah potensi pasar dalam menganalisa pasar yang ada adalah langkah kita melihat dan mengenal kelakuan (behavior) karakter dari PEMBELI pasar tersebut.

Sebagai contoh, di salah satu daerah yg akan dibuka sebuah supermaket, kebiasaan dan karakteristik penduduk daerah tersebut dalam berbelanja adalah membawa anaknya, maka sudah jelas jika ingin membuka supermaket di sana, hal pertama yg menjadi acuan dari kebiasaan (behavior) pembeli/penduduk dengan berbelanja bersama anaknya adalah sebuah tempat di mana anak-anak mereka dapat bermain.

Maka jika kita membuka supermarket tanpa memperhatikan kebiasaan ini jangan heran kalau pengunjungnya sedikit meskipun harga jual kita sudah menarik/murah karena supermarket kita tidak ada hal yang membuat kebiasaan karakter mereka terpenuhi.

Kelihatannya simpel, tetapi banyak pelaku ritel tidak menyelidiki kebiasaan karakter pembeli dengan baik, sehingga potensi pasar yang ada tidak tergarap dengan penuh.

Data-dat kebiasaan karakter pembeli ini tidak bisa dilihat hanya dari data perkembangan penduduk tetapi bisa digali dari tim Sales Promotion Girl (SPG) yang sudah ada di daerah pasar tersebut dan sudah tahu kebiasaan karakter pembeli disana.

HOUSEHOLD INCOME
Kekuatan rata-rata pendapatan keluarga di daerah tersebut juga menjadikan apakah daerah tersebut pasar yg berpotensi untuk industri Ritel kita, karena jika pendapatan keluarga di daerah tersebut tidak terdistribusi dengan baik, maka pasarnya tidak stabil, dan juga peta potensi pasar kita tidak imbang.

Sebuah daerah dengan penghasilan tinggi secara pendapatan keluarga, tetapi tidak terdistribusi dengan baik, arti kata patron yang terjadi tidak merata akan membuat sebuah fenomena belanja yang berbeda jika pendapatan rata-rata keluarga di daerah tersebut sebanding semua atau equal.

Lihat sebuah contoh di daerah yang dihuni pendapatan keluarga kelas menengah ke bawah dan padat akan menjadikan potensi pasar yang baik untuk jenis Ritel minimarket. Kenapa?

Karena gaya mereka dari penghasilan rata-rata yang sama dan terdistribusi dengan baik menjadikan sebuah gaya berbelanja yang berulang-ulang dengan jumlah yang sedikit tetapi berulang kali. Hal ini sangat cocok untuk pasar potensi Ritel jenis mini market.

HOUSEHOLD AGE PROFILE
Umur dan kategori dari keluaaga yang berdomisili disekitar potensi pasar yang akan kita bidik juga menjadi pengaruh yang besar. Sebuah potensi pasar di daerah yang berkembang populasi dengan penduduk dengan usia muda akan menjadikan potensi pasar dipengaruhi gaya hidupnya (lifestyle).

Sehingga hal no 1, 2 dan 3 di atas akan sangat berbeda dengan usia penduduk di suatu daerah yang didominasi oleh keluarga berumur, di mana akhirnya mereka mempunyai sebuah gaya hidup dengan komunitas (community), bukan gaya hidup dengan lifestyle, yang mana juga akan membuat potenasi pasar yang berbeda.

HOUSEHOLD COMPOSITION
Komposisi keluarga ini sangat berpengaruh dengan potensi pasar. Lihat jika disana keluarga muda dan berubah menjadi komposisi berkeluarga dan mempunyai anak, maka komposisi belanja mereka beralih dari konsumtif gaya hidup ke konsumtif kebutuhan keluarga, dan otomatis gaya pengeluaran belanja menjadi beda.

Itulah sebabnya, industri Ritel seharusnya selalu melihat perkembangan komposisi keluarga ini setelah tahun ke tahun karena daerah mereka karakternya berkembang sesuai umur dari pembeli dan potensi pasar yang ada menjadi bergeser arahnya.

COMMUNITY LIFE CYCLE
Komunitas selalu berubah dan berkembang seiring dengan waktu tetapi bisa kita lihat dan patronkan menjadi 4 hal yang sangat mayoritas, yaitu perkembangan/pertumbuhan baru, perkembangan/pertumbuhan kontinyu, perkembangan/pertumbuhan stabil atau perkembangan/pertumbuhan sudah turun.

Peritel yang baik akan selalu menempatkan diri di pasar potensi yang sedang kontinyu bertumbuh karena ini yang sedang pesat-pesatnya dan secara tidak langsung memberikan kesempatanpotensi pasar yang baik dan bergairah untuk masa investasi mereka.

POPULATION DENSITY
Populasi kepadatan ini bisa dikonotasikan dengan jumlah orang per meter persegi dari potensi pasar yang ada karena ini menjadikan patron dari kekuatan pembeli yang ada.

Semakin besar kepadatan populasinya, maka kita sebaiknya menyiapkan luas toko yang sesuai dengan potensi pasarnya. Lihat daerah potensi pasar di perumahan yang baru dengan keluarga yang hanya 2 orang akan berbeda dengan keluarga dengan rata-rata 4 hingga 5 orang.

MOBILITY
Jika potensi pasar yang ada dipenuhi dengan gaya pembeli atau orang yang mobilitasnya tinggi, maka sudah jelas mereka adalah pasar potensi yang bergerak jadi, bukan acuan untuk selalu datang ke lokasi Ritel kita yang ada di dekat mereka, karena mereka adalah pembeli yang bergerak.

Sebuah makro kondisi dengan harga BBM yang tinggi, bisa menjadikan acuan orang/pembelei untuk berbelanja di daerah kediaman mereka.

Nah, pembaca ritelonline, atau pelaku usaha Ritel, ini adalah 8 faktor kekuatan POTENSI PASAR yang perlu Anda ukur dan ketahui, baik juga hal ini dipakai saat PERITEL melihat dan melakukan uji kelayakan potensi pasar yang akan dimasuki atau juga setidaknya jika Anda mencari lokasi-lokasi Ritel, maka 8 faktor ini perlu mulai diamati jauh-jauh hari dan dilihat dengan survei yang lebih detail.

Selamat mempelajari Potensi Pasar Anda yang saat ini ada di lingkungan usaha Ritel Anda atau jika Anda ingin melakukan sebuah usaha Ritel yang baru dan mau melihat potensi pasaranya maka 8 faktor ini perlu Anda lihat dan cermati baik-baik. (*)

Ritel, Industri yang Dinamis

RITEL adalah industri yang dinamis di mana terdapat dinamika hubungan antara barang dan manusia. Barang yang diolah melalui ketatnya rentetan proses produksi dan melewati panjangnya jalur distribusi hanyalah menjadi sia-sia, apabila barang tersebut tidak dibeli oleh masyarakat melalui mekanisme pasar, antara lain melalui pasar tradisional maupun modern.

Untuk tujuan agar sebuah barang dapat dimanfaatkan oleh manusia, maka diperlukan sebuah tempat, usaha, jasa atau industri yang mempertemukan barang tersebut dengan pengguna yang dikenal dengan istilah ritel. Ritel dalam pengertian secara umum terlihat dari mulai pengasong dan kedai di tepi jalan, warung di kampung, toko hingga pasar modern seperti supermarket, hypermarket.

Mengingat kebutuhan masyarakat terhadap barang meningkat dalam kualitas dan kuantitas, maka industri ritel pun tumbuh pesat sejalan dengan pertumbuhan di sektor-sektor ekonomi dan sektor lain. Dengan tumbuhnya bisnis ritel pada akhirnya membuka peluang lebar pula pada bisnis-bisnis lain yang menunjang kegiatan bisnis ritel tersebut.

Misalnya, peluang lembaga pendidikan menawarkan program formal maupun non formal di bidang manajemen ritel bahkan peluang munculnya media massa yang khusus mengupas berbagai konsep, aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan bisnis ritel seperti website RITEL ini.

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya sebagai institusi pendidikan yang telah mencoba mengambil peran dalam pengembangan manajemen ritel tersebut dengan membuka konsentrasi manajemen ritel (S1) maupun program setara D1 Manajemen Ritel, sangat menyambut positif penerbitan website ini.

Keberadaan website ini diharapkan akan menjadi wadah atau media bagi banyak pihak untuk lebih mengembangkan ritel dari sisi praktik maupun keilmuan. (*)

Ritel Tradisional vs Modern (2)

UNTUK menghindari tenggelamnya peritel tradisional akibat kehadiran peritel modern, perlu peran aktif pemerintah sebagai regulator. Para pelaku bisnis ritel modern sendiri juga tentu tidak mau selalu dikambinghitamkan.Sejak ditetapkan pada 27 Desember 2007, Perpres RI No 112 tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern telah menimbulkan angin segar bagi peritel tradisional. Perpres ini kemudian memunculkan petunjuk pelaksanaan dalam bentuk Peraturan Menteri Perdagangan No 53/2008 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional.

Banyak pihak menilai munculnya Perpres ini disebabkan oleh aksi korporasi peritel besar yang berpotensi merugikan peritel tradisional. Aksi korporasi itu antara lain pembelian 75% saham PT Alfa Retailindo oleh PT Carrefour Indonesia pada 17 Desember 2007, yang menjadikan Carrefour berpotensi memonopoli usaha ritel sebab tampil sebagai market leader dan price leader.

Enam pokok masalah yang diatur dalam Perpres ini yaitu definisi, kemitraan, perizinan, syarat perdagangan, kelembagaan pegawas dan sanksi. Perpres itu sebenarnya lebih banyak mengatur keberadaan pasar modern dan hanya secara normatif menyinggung pasar tradisional.

Bila dicermati dengan baik Perpres ini akan muncul kesan pemerintah pusat terkesan lepas tangan dikarenakan pasal yang mengatur zonasi atau tata letak pasar tradisional dan pasar modern tetap diserahkan kepada Pemda.

Berdasarkan pasal 15 Perpres No 112 tahun 2007, Pemerintah Provinsi hanya bertugas sebagai Pembina dan pengawas, sementara kewenangan perizinan pendirian pasar ada di tangan pemerintah kota atau kabupaten.

Fakta di lapangan, pemerintah kota/kabupaten mengalami kesulitan mengontrol dan mengendalikan pengembangan peritel modern. Contohnya, pejabat pemberi izin pada tingkat kota/kabupaten tidak tahu bahwa beberapa toko yang meminta izin membuka toko dengan berbagai nama badan usaha, setelah terwujud ternyata toko tersebut dari kelompok Indomaret atau Alfamart.

Demikian juga pemerintah kota/kabupaten kesulitan menghitung berapa jumlah ideal toko dalam sebuah kawasan. Untuk tingkat propinsi, pada tanggal 15 Mei 2008, Gubenur Jatimr dan DPRD mengesahkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Pasar Tradisional dan Penataan Pasar Modern.

Perda ini diharapkan mampu memberikan rambu-rambu bagi pemerintah kota/kabupaten khususnya di dalam memberikan izin pendirian pasar modern, terutama terdapat pasal-pasal khusus tentang perlindungan dan pemberdayaan pasar tradisional.

Apapun peraturan maupun perundangan yang dibuat baik oleh pemerintah pusat maupun daerah haruslah memuat prinsip bukan menghambat pengembangan pasar modern, namun lebih ditekankan pada bagaimana menata pasar modern di sisi lain pasar tradisional harus dilindungi dan diberdayakan.

Bagaimanapun juga keberadaan peritel modern akan tetap menjadi penggerak ekonomi masyarakat sementara peritel tradisional juga menjadi sandaran hidup banyak orang. Upaya pemberdayaan dan perlindungan ritel tradisional akan sangat naïf bila hanya mengandalkan pada peraturan pemerintah.

Ritel tradisonal sendiri mulai harus berbenah dimulai dengan pembenahan manajemen pasar dan perbaikan infrastruktur. Untuk tahun 2009, Depdag sendiri mengalokasikan dana Rp 250 miliar untuk pembangunan dan perbaikan pasar.

Perlu dicari solusi yang arif dan bijak agar keberadaan keduanya baik peritel modern maupun tradisional dapat saling melengkapi, bukan saling membunuh satu sama lain. Bahkan pernahkah terpikir bahwa pemda dengan mengandeng investor lokal bisa mendirikan dan mengelola hypermarket sendiri dengan pengusaha kecil sebagai pemasok.

Kenapa tidak, inilah sebuah tantangan dan terobosan yang bisa di lakukan di tahun 2009 bagi bisnis ritel di Indonesia. (hs)

*Hendro Susanto adalah Vice Executive Director The Indonesian for Retailing berkedudukan di Surabaya.

INFO BISNIS RETAIL

Ada 77 Perkara Ritel

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah menangani 27 dari 66 laporan atau perkara yang berkaitan dengan praktik monopoli industri ritel di Indonesia.

Anggota KPPU Didik Akhmadi mengatakan telah melakukan kajian terhadap sejumlah persoalan yang berkaitan dengan industri ritel. Bahkan, sudah melakukan tindakan hukum terhadap salah satu industri ritel Indonesia yakni Carrefour, beberapa waktu lalu.

Saat itu, Carrefour dinilai telah menghegemoni sistem perdagangan, sehingga memberatkan pasar tradisional. Perusahaan ini punya aturan yang memberatkan makanya kami teliti. Hasilnya, pangsa pasar Carrefour dominan.

Selain itu, KPPU melakukan kajian terhadap implementasi Perpes No.112/2007 tentang penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern. Perpes 112/2007 memberikan kewenangan yang besar pada pemerintah daerah sebagai ujung tombak implementasi substansi pengaturan ritel di daerah.

KPPU juga mengunjungi sejumlah daerah terkait perkembangan industri ritel seperti halnya Samarinda, Banjarmasin, Balikpapan, Surabaya dan kota-kota lainnya. Secara nasional, jumlah pasar tradisional mencapai 13.450 pasar, dan sekitar 12.625.000 pedagang.

Hal ini berbanding terbailk dengan ritel modern yang mengalami kenaikan baik dari jumlah gerai maupun omset dengan peta sebaran ritel di kota-kota besar di Indonesia mencapai 11.866 pasar modern.

Survei Ritel 2010

Survei Edelman Trust Barometer menunjukan adanya penurunan kepercayan para pemangku kepentingan (stakeholder) terhadap bisnis ritel pada 2010.

Tingkat kepercayaan terhadap sektor bisnis ritel mengalami penurunan bila dibandingkan tahun lalu. Survei tahun lalu menunjukan tingkat kepercayaan mencapai 81 persen kini turun menjadi 75 persen.

Wakil Presiden Direktur IndoPacific Edelman, Bambang Chriwanto mengatakan, penyebab turunnya kepercayaan terhadap bisnis ritel ini, salah satunya karena masalah persaingan usaha yang belum dituntaskan.

“Misalnya, masalah antara pasar modern dengan pasar tradisional, yang sampai saat ini masih belum terselesaikan. Saat ini, para ’stakeholders’ menginginkan transparansi dalam masalah ini,” katanya.

Secara garis besar, survei menunjukan adanya tingkat kepercayaan yang tinggi terhadap bisnis di Indonesia dibandingkan dengan negara lain.

Bambang mengatakan, beberapa sektor mengalami peningkatan kepercayaan yang cukup kuat. Misalnya sektor teknologi, tingkat kepercayaannya meningkat dari 81 persen menjadi 90 persen, sehingga menjadi bisnis yang paling dipercaya mengalahkan otomotif.

“Seiring dengan perkembangan teknologi, disisi lain, ini berarti kebijakan yang dilakukan perusahaan sektor ini mendapatkan apresiasi dari masyarakat, sehingga mendorong tingkat kepercayaan,” katanya.

Sektor otomotif menduduki peringkat kedua dengan tingkat kepercayaan mencapai 85 persen. Meski dihantui dengan produk bermasalah mobil dari Toyota motor di AS, kepercayana terhadap industri ini di Indonesia masih cukup tinggi.

Untuk kepercayaan kepada kalangan perbankan masih cukup tinggi mencapai 84 persen. Bambang mengatakan, terjaganya kehati-hatian perbankan dalam mengelola dana nasabah membuat perbankan tetap dipercaya.

“Hasil ini secara signifikan melebihi tingkat kerpercayaan dimanapun di Asia atau secara global,” katanya.

Direktur IndoPacific Edelman, Mayang Schreiber menambahkan, kepercayaan terhadap binis media juga masih tinggi yang mencapai 83 persen. Diikuti dengan binis farmasi dan makanan.

Untuk binsis farmasi terjadi peningkatan dari 77 persen pada 2009, menjadi 82 persen pada 2010 ini. Sementara, untuk makanan juga terjadi peningkatan kepercayaan dari 67 persen menjadi 78 persen.

Untuk bisnis energi, kesehatan, manufaktur dan asuransi tingkat kepercayaannya masih terjaga. Untuk sektor energi, tingkat kepercayaan mencapai 78 persen. Sedangkan kesehatan 75 persen. Untuk manufaktur dan asuransi masing-masing 68 persen dan 59 persen.

Potong Rantai Distribusi

Pemerintah daerah harus membantu para pedagang kecil memperpendek mata rantai distribusi barang dari produsen sehingga mereka mampu bersaing dengan toko-toko jejaring besar atau ritel.

Penggagas perniagaan berkeadilan (fair trade) asal Jogja, Amir Panzuri mengatakan, salah satu faktor kalah bersaingnya toko-toko milik masyarakat dengan toko jejaring karena mereka memasang harga barang lebih mahal dari toko-toko berjejaring.

Biasanya pedagang kecil membeli barang dagangan dari grosir dan sudah melewati sejumlah rantai distribusi, sedangkan toko berjejaring mereka mempunyai kemampuan untuk langsung memotong distribusi ke produsen sehingga selisih harga cukup tinggi.

Kata Amir, pemerintah dapat memfungsikan Dinas Perdagangan dan Perindustrian atau membentuk lembaga lain yang berfungsi sebagai fasilitator dan penghubung dengan produsen sehingga jalur distribusi tidak panjang.

“Para pedagang kecil kemudian dapat mengambil barang atau kulakan di tempat itu,” kata Ketua Asosiasi Pengembangan Kerajinan Republik Indonesia (Apikri) Jogja ini.

Carrefour Tambah 20 Gerai

Carrefour akan ekspansi 20 gerai pada properti milik Trans Corp dalam jangka menengah lima tahun ke depan, setelah anak perusahaan Grup Para itu mengakuisi 40 persen saham perusahaan ritel asal Prancis itu.

Menurut Dirut PT Carrefour Indonesia, Shafie Shamsuddin, alasan Carrefour mengambil mitra lokal, karena Carrefour perlu banyak toko baru. “Sebelum Ramadhan tahun 2010, Carrefour akan membuka gerai di Trans Studio, Makassar,” katanya.

Lokasi yang dipilih, yakni lantai dasar Trans Studio. Luasnya sekitar 7.000 m2. Tokonya akan dibuka sebelum Lebaran.

Selain ekspansi gerai bersama Trans Corp, Carrefour berencana menambah 13 gerai baru, antara lain di Mojokerto (Jawa Timur) dan beberapa kota lainnya di Indonesia. Saat ini, Carrefour telah memiliki 81 gerai di seluruh Indonesia.

Shafie menyampaikan komitmen Carrefour untuk memperbaiki hubungan dengan para pemasok, yang diakuinya, kurang baik, terkait persyaratan perdagangan yang diterapkan perusahaan. Saat ini jumlah pemasok mencapai sekitar 4.000 perusahaan kecil, menengah, maupun besar

Omzet Ritel 2010

KETUA Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Benjamin Mailool memperkirakan pertumbuhan omzet ritel pada 2010 bisa mencapai 20 persen karena kondisi perekonomian yang mulai membaik setelah krisis.

“Pada 2010 saya melihat akan tetap lebih baik dari 2009, sebab 2009 ada dampak krisis global dan pemilu, jadi harusnya 2010 kondisi akan lebih baik. Pertumbuhan ritel bisa mencapai 20 persen dari sisi nilai penjualan,” katanya.

Benjamin menjelaskan selama 2009 ini pertumbuhan omzet ritel agaktertahan karena pelaku banyak berhati-hati dalam melakukan ekspansi tokonya. Namun, tahun depan peritel diperkirakan akan lebih ekspansif mengingat sektor properti terutama pembangunan mal juga mulai kembali berkembang.

“Kalau berdasarkan data dari Nielsen, sampai kuartal III nilai penjualan ritel sudah mencapai 80 triliun. Tahun ini, ritel bertumbuh15 persen. Tahun depan minimum tumbuh 20 persen,” ujarnya.

Benjamin menjelaskan peluang ekspansi gerai ritel di Indonesia masih sangat besar karena rasio jumlah penduduk dengan jumlah pasar tradisional maupun peritel moderen masih sedikit.

“Kalau lihat rasio jumlah pasar tradisional dan jumlah penduduk yang dilayani ritel masih kecil, terkecil di Asia Pasifik. Jadi, sekitar satu juta penduduk hanya dilayani 52 anggota kami. Sedangkan di tempat lain seperti Singapura, satu juta penduduk dilayani 150 sampai 200 peritel,” tuturnya.

Ekspansi ritel moderen kedepannya, lanjut Benjamin, akan difokuskan ke luar pulau Jawa karena saat ini sekitar 60-70 persen gerai ritel moderen terletak di pulau Jawa.

Beberapa daerah yang berpotensi menjadi tujuan investasi ritel antara lain Medan, Palembang, Riau, dan Padang. “Kota-kota seperti Jayapura juga sudah mulai menyatakan minat (untuk dimasuki ritel moderen). Jadi, dua tahun lagi akan ada di Kupang, NTB, di Ambon juga ada,” tambahnya.

Retail Mix atau Bauran Ritel (1)

BAGI pemerhati, praktisi manajemen pemasasaran, pasti tahu konsep bauran pemasaran (marketing mix). Nah, dalam manajemen ritel modern dikenal bauran ritel (retail mix).

Inilah jantung atau penggerak dari semua aspek operasional dari manajemen ritel. Saya kira, penting bagi pemerhati konsep dan praktisi ritel menyimak bagaimana konsep dan implementasi bauran ritel (retail mix). Bauran ritel adalah elemen-elemen yang menjadi faktor penentu dalam implementasi strategi dan taktik yang dijalankan oleh peritel.

Bauran ritel terdiri dari beberapa elemen yaitu Place, People, Product, Price, Promotion. Kelima elemen tersebut saling melengkapi satu dengan lainnya sehingga digambarkan dalam wujud bangunan menyerupai ‘rumah’.

Terdapat enam elemen bauran ritel yang akan memiliki fungsi saling mendukung dan melengkapi. Tidak dapat dikatakan bahwa satu elemen memiliki peran yang lebih penting dibandingkan elemen lain karena masing-masing elemen akan saling mendukung dan melengkapi.

Lokasi (Place)

Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama, merchandise dijual oleh pramuniaga yang sama banyak dan sama-sama memiliki keterampilan, bahkan sama-sama memiliki setting /ambience yang bagus.

Beberapa jenis gerai yang berbeda seperti supermarket, variety store/depatment store, toko fashion dapat menetapkan lokasi, berkumpul dalam suatu area perdagangan ritel; seperti mal atau pusat bisnis. Masing-masing mendapatkan pembeli dari segmen yang sesuai incaran mereka.

Hal ini dimungkinkan setelah masing-masing peritel mempelajari karakteristik mal atau pusat perbelanjaan yang bersangkutan dari berbagai aspek seperti luas dan kepadatan wilayah/area yang dilayani, kelas sosial ekonomi penduduk, luas mal/pusat perbelanjaan, kondisi lalu lintas, sarana transportasi umum, dll.

Berbagai faktor tersebut akan mendatangkan informasi tentang banyaknya kunjungan masyarakat ke mal setiap harinya dan perkiraan belanja. Beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran terkait dengan penetapan lokasi ritel adalah sebagai berikut:

*Lokasi merupakan hal yang kritis dalam bisnis ritel, meliputi pemilihan terhadap wilayah perdagangan untuk bisnis tersebut dan di mana tepatnya bisnis tersebut akan dijalankan.

*Ukuran toko pada suatau lokasi tertentu, yang dimaksud dengan ukuran adalah besar dan bentuk toko yang dapat memaksimumkan produktifitas tempat yang ada. Hal ini penting dilakukan, kadang ritel dihadapkan pada pilihan lokasi yang strategis, namun luas area untuk toko tidak mencukupi (sempit)

*Layout/penyajian toko pada suatu lokasi, mengacu kepada arus trafik/lalu lintas konsumen; lokasi dan banyaknya departemen barang yang akan dijual, luas dan lokasi counter pelayanan konsumen; area penyimpanan barang; serta suasana di sekeliling toko.

Keputusan menentukan lokasi dapat berubah karena ritel juga harus melakukan investasi substansiil, seperti melakukan pembelian dan pengembangan untuk tokonya, atau menyewa secara jangka panjang kepada para pengembang.

Seandainya ditempatkan di mall atau daerah pusat bisnis, menguntungkan bagi ritel karena strategi bersaingnya lain tidak mudah ditiru, sebab ada batasan penempatannya.

Ritel mempunyai 3 tipe dasar lokasi yang bisa dipilih :
1. Pusat perbelanjaan
2. Lokasi di kota besar atau bertempat di tengah kota, maupun kota kecil
3. Freestanding (bebas)

Produk yang dijual peritel dalam gerainya, disebut merchandise merupakan satu dari unsur bauran pemasaran ritel (retail marketing mix). Produk yang dibeli oleh peritel untuk dijual kembali merupakan penerjemahan dari positioning yang dipilih oleh peritel tersebut (karena penting bagi peritel untuk menentukan positioning di awal memulai bisnis).

Merchandise yang akan dijual penting untuk dipilih dengan karena merchandise adalah mesin sukses bagi pengecer. Produk yang dijual peritel (merchandise) merupakan satu dari unsur bauran pemasaran ritel yang penting dan terkait dengan hal-hal sebagai berikut :

*Intensitas yaitu mengenai produktifitas barang-barang yang dijual yang dinyatakan sebagai penjualan barang tersebut per meter persegi.

*Mode/gaya yaitu mengenai jenis barang yang akan dijual oleh pengecer yang bersangkutan, seperti seberapa jauh barang yang dijual dapat mengikuti mode atau seberapa inovatif mode/gaya barang yang dijual, di mana hal ini menentukan tingkat perbedaan/diferensiasi suatu usaha dengan usaha lain yang sejenis.

*Keragaman barang mengacu kepada bauran produk yang akan dijual dalam hal pilihan akan jenis barang dan jumlah barang (“depth”/dalam dan *width”/lebar).

*Christina Whidya Utami adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandala Surabaya

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DISTRIBUSI BARANG USAHA RETAIL YOMART

Kepadatan penduduk kota Bandung umumnya mengakibatkan konsumsi bahan makan pokok, baik bahan pokok rumah tangga maupun keperluan rumah tangga sehari-hari. PT. Yomart Rukun Selalu sebagai perusahaan retail yang menyasar segmen tersebut perlu melakukan manajemen distribusi barang yang efektif dan efisien guna memperbaiki pelayanan internal dan eksternal perusahaan. Dalam tugas akhir ini penulis akan melakukan kegiatan perancangan sistem informasi manajemen distribusi barang usaha retail Yomart menjadi lebih efektif dan efisien dari segi prosedur maupun waktu kerja dibanding sistem eksisting yang saat ini telah digunakan. Selama ini hubungan antara gudang pusat dengan cabang-cabang toko yang ada hanya sebatas permintaan penyediaan barang dan bukan dalam kontrol penuh, ini akan menyulitkan pihak manajemen gudang Yomart karena tidak mempunyai gambaran lapangan dari usaha ditoko-toko cabang. Manajemen distribusi barang sebagai jantung usaha retail sebaiknya efektif sehingga mampu menopang sistem lainnya dalam usaha retail baik bagian penyediaan mapun bagian penjualan.
Sistem yang digunakan untuk membantu distribusi barang dari gudang ke toko-toko ini adalah Sistem Informasi Manajemen Distribusi, yaitu sistem berbasis komputer untuk mengumpulkan, menyimpan, dan menganalisis kebutuhan usaha retail sehingga dapat tercipta sistem manajemen distribusi yang efektif antara udang pusat, toko-toko cabang, serta perangkat-perangkat distribusi barang. Dalam hal iniditambahkan visualisasi peta untuk mempermudah user dalam mengatur distribusi barang hingga membantu pengambilan keputusan rute pengirirman.Interkoneksi sistem antara system gudang pusat dengan toko cabang atas data dan jumlah barang secara real time akan memudahkan manajemen gudang untuk mengambil keputusan dalam jumlah pengiriman barang. Data-data ini berupa database yang terinterkoneksi antara semua semua sistem yang terhubung dengan manajemen distribusi barang sehingga dapat mengurangi lost (kehilangan) data maupun jumlah barang dalam sistem. Selain itu dengan sistem yang real time akan mempermudah manajemen gudang pusat untuk mengetahui kebutuhan barang ditoko cabang.
Dimulai dengan menganalisa kebutuhan yang diperlukan oleh sistem yang mencakup sistem eksisting, kebutuhan informasi, sisi input dan output, user serta spesifikasi hardware dan software. Dari masalah dan kebutuhan yang ada dilakukan perancangan aliran informasi dan basis data. Pada tahap akhir dilakukan analisa penerapan aplikasi untuk mengetahui kekurangan dalam sistem dan kemudian rancangan perbaikannya. Dalam pembuatan simulasi ini digunakan software flash macromedia 8.0, bahasa pemprograman visual basic 6.0 dan My Sql.

Industri ritel

Industri ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha, dan tentunya kebutuhan konsumen. Ritel adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk penggunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga.

Agar berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, peritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga yang tepat, pada tempat yang tepat, dan waktu yang tepat. Oleh karena itu, pemahaman peritel tehadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting.
Dalam operasionalnya peritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa, menjalankan fungsi memecah (bulk breaking), maupun menambah nilai produk. Secara keseluruhan, pengelolaan binis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumber daya manusia, maupun operasional. Pemahaman keseluruhan atas isi buku ini membutuhkan telaah menyeluruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam manajemen ritel yang diperjelas yaitu lingkup bisnis, mengembangkan strategi ritel, manajemen barang dagangan, dan manajemen toko.

Pengertian Manajemen

Manajemen merupakan suatu proses perencanaan,pengorganisasian,penggerakkan dan pengendalian atas atas sumber daya yang dimiliki guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pengertian Ritel

Ritel adalah suatu kegiatan yang terdiri dari aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri,keluarga ataupun rumah tangga.

Pengertian Manajemen Ritel

Manajemen ritel adalah pengaturan keseluruhan faktor-faktor yang ebrpengaruh dalam proses perdagangan ritel,yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen.

Klasifikasi Ritel

1. Klasifikasi deskriptif

Pasar ritel dibagi menjadi 2 tipe yaitu berdasarkan :

a. tipe kepemilikan (type of ownership)

b. tipe keragaman barang yang dijual(type of merchandise carried)

2. Klasifikasi strategic

Pasar retel dibedakan berdasarkan strategi yang digunakan,yaitu :

a. margin/turnover strategy

b.retail price and service strategy

c. strategic group classification

d. gross margin – merchandise type classification

3. Klasifikasi tingkat pelayanan

Dibagi menajadi :

a. penjualan eceran swalayan

b. penjualan eceran dengan memilih dendiri

Contoh : toko baju dipasar

c. penjualan eceran dengan penjualan terbatas

Contoh : toko elektronik

d. penjualan eceran dengan pelayanan penuh

Contoh : toko perhiasan,butik

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bisnis ritel adalah 4P yaitu Place,Price,Produck dan Promotion

Oleh karena itu sebelum memulia bisnis ini hendaknya kita harus sudah memahaminya dengan benar untuk memperkecil resiko kerugian.

Industri Ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha serta kebutuhan konsumen. Bisnis Ritel adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk pengunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Agar berhasil dalam pasar Ritel yang kompetitif, pelaku Ritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga, waktu & tempat yang tepat pula. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pelaku Ritel terhadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting. Dalam operasionalnya pelaku Ritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk & jasa. Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai produk, secara keseluruhan pengelola bisnis Ritel membutuhkan implementasi fungsi – fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, maupun operasional. Sehinga pelaku Ritel dapat memahami secara penuh tentang lingkup bisnis Ritelnya, cara strategi pengembangannya dan Memanajemen bisnisnya. Konsep Ritel adalah orientasi manajemen yang memfokuskan Ritel dalam menentukan kebutuhan target pasar serta memenuhi kebutuhannya dengan lebih efektif & efisien. Ritel Yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh pesaing. Tugas Utama dalam mengembangkan Bisnis Ritel adalah menetapkan sasaran pasar, Proses ini diawali dengan menetapkan segmentasi pasar. Hal – hal penting yang harus diperhatikan dalam bisnis Ritel untuk mengembangkan keunggulan bersaing : 1. Loyalitas Konsumen Loyalitas konsumen berarti kesetiaan konsumen untuk berbelanja di lokasi Ritel tertentu. Mempunyai konsumen yang loyal adalah metode yang penting dalam mempertahankan keuntungan dari para pesaing, jika mmeiliki konsumen yang loyal brarti konsumen memiliki keengganan untuk menjadi pelanggan pada Ritel – Ritel pesaing 2. Program Loyalitas Program loyalitas adalah bagian dari keseluruhan manajemen hubungan antar konsumen, Program ini sudah umum dijalankan dalam bisnis Ritel, program loyalitas bekerja sama dengan manajemen hubungan pelanggan / Customer Relationship Marketing ( CRM ) . Anggota – anggota program loyalitas diketahui saat mereka membeli, karena mereka menggunakan beberapa tipe kartu loyalitas, informasi pembelian disimpan dalam database yang besar, dari dari database dapat diketahui jenis – jenis barang apa yang dibelioleh konsumen, dengan mengunakan cara ini pelaku Ritel dapat menyesuaikan berbagai penawaran untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang loyal dengan baik. Beberapa pelaku Ritel yang telah mengunakan program ini seperti : Alfa dengan AFC ( Alfa Family Club ), Carrefour dengan Kartu Belanja ( KB ) Carrefour, Maatahari dengan MMC (Matahari Club Card ), dan masih banyak contoh lainnya. 3. Lokasi a. Lokasi adalah factor utama dalam pemilihan took Konsumen, Ini juga keunggunlan bersaing yang tidak mudah ditiru. Contohnya Starbucks , mereka menciptakan keberadaan pasar yang sulit untuk disaingi, Carrefour, mereka selalu menentukan lokasi yang selalu strategis. Pemilihan lokasi yang tepat mempunyai keuntungan yaitu : b. Merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan Ritel itu sendiri. c. Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis Ritel dimasa yang akan dating, area yang dipilih haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga dapat mempertahankan kelangsungan toko saat awal ataupun masa yang akan datan. d. Penentuan lokasi dalam bisnis Ritel dapat dimulai dengan memilih komunitas, keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomi dan stablitas maupun persaingan serta iklim politik . selain itu juga geografis sangat menentukan . 4. Manajemen Sumber Daya Manusia Ritel adalah bisnis tenaga kerja intensif, para pegawai memiliki peranan penting dalam memberikan layanan pada konsumen dan membangun loyalitas konsumen. 5. Sistem Distribusi & Informasi Semua Ritel berusaha untuk mengelola usaha secara efisien, mereka terus memenuhi kebutuhan konsumen, dan pada saat yang sama member konsumen barang-barang dengan harga lebih baik dari pada pesaingnya atau memutuskan utnuk mengunakan kesempatan guna menarik perhatian konsumen dari para pesaing dengan menawarkan jasa, barang, dan penyajian visual yang lebih baik. 6. Barang – barang yang Unik Mengembangkan merek-merek berlabel ( juga disebut merek-merek toko ) yang merupakan produk – produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh Ritel dan hanya tersedia dari Ritel tersebut. 7. Layanan Konsumen Dibutuhkan waktu dan usaha untuk membangun sebuah tradisi dan reputasi untuk layanan konsumen, karena layanan konsumen yang bagus merupakan asset strategis yang sangat berharga. Jika bapak / Ibu membutuhkan Konsultan Untuk Pengembangan & Strategi dalam BISNIS Ritel dapat menghubungi kami : Yoyo Subagyo / Hp. 08159767636 Telp. 021-70619908 Email : yoyo@sienconsultant.com Website: http://manajemen-strategi.com

Pengembangan Program Pendidikan Ritel dan Implementasi E-Market dalam Strategi Bisnis Ritel

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) bekerjasama dengan Universitas Bunda Mulia (UBM) akan menyelenggarakan Seminar “Empowering Retail Industry Through The Implementation of E-Market Strategic Business” di Hotel Nikko, 22 Mei 2007, pukul 09.00-13.00 untuk memberikan kontribusi pemikiran terhadap kompetensi lulusan Perguruan Tinggi dalam mengelola bisnis Ritel dan implementasi e-market dalam strategi bisnis Ritel.


Dengan melihat kondisi makro pada sistim Pendidikan Perguruan Tinggi di Indonesia yang belum dapat secara maksimal menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dan kompetensi sebagai pengelola bisnis Ritel, padahal diperlukan hubungan supply dan demand antara dunia bisnis Ritel dan Perguruan Tinggi yang secara sinergis dapat mengemas dan menata program studi untuk dapat menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan kompetensi sebagai pengelola bisnis Ritel di Tanah Air. Untuk itu, dalam Seminar ini akan diformalisasikan sebuah terobosan strategi baru dalam pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM) bidang Ritel yang dikaitkan bisnis Ritel dengan pemanfaatan ICT untuk menyatukan pelayanan yang terpadu bagi kepuasan pelanggan, sehingga berdaya saing unggul bagi pengelolaan bisnis Ritel di Indonesia.
Seminar ini diselenggarakan karena pesatnya perkembangan Ritel modern ( minimarket, supermarket, hypermarket, dan speciality store ) di Indonesia dalam satu dekade terakhir. Pertumbuhan Ritel modern ini juga diiringi dengan perkembangan teknologi informasi (ICT: Information Communication Technology ) untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen sehingga diharapkan dengan pemanfaatan teknologi ini secara maksimal dapat memberikan nilai lebih bagi peningkatan usaha Ritel di Tanah Air.

Handaka Santosa, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO) menyatakan bahwa “Sudah saatnya, Para Pengelola usaha Ritel tidak lagi hanya mengandalkan pengalaman tetapi harus juga memiliki kemampuan SDM yang berkompetensi terhadap pengelolaan bisnis Ritel yang handal sehingga dapat bersaing secara global, dengan lebih mengutamakan keunggulan comparative, melalui knowledge pendidikan Ritel secara komprehensif melalui sistem kurikulum Berbasis Manajemen Ritel di Perguruan Tinggi sehingga dalam pengembangan SDM Ritel kedepannya dapat tersedia pekerja Ritel yang siap pakai untuk terjun mengikuti persaingan usaha Ritel yang sangat ketat dewasa ini”.

Universitas Bunda Mulia (UBM) bermaksud untuk turut mengambil peranan dalam mengantisipasi kebutuhan tenaga profesional pengelola bisnis Ritel dengan merancang program studi sesuai kebutuhan industri Ritel. Doddy Surja Bajuadji, MBA, Rektor UBM menambahkan,
” Dengan design kurikulum pada mata kuliah bisnis Ritel mencapai 50%, dan selebihnya adalah mata kuliah yang menekankan pada peningkatan kompetensi di bidang managerial yang berbasis pada Information Communication and Technology (ICT), team work, dan etos kerja, diharapkan dapat menjawab tantangan dan kebutuhan industri akan tenaga profesional dengan kompetensinya handal di bidang Ritel ”

Dengan didukung oleh APRINDO, serta tersedianya tenaga pengajar yang berpengalaman di bidangnya, dan didorong pula oleh kepentingan untuk mengembangkan “ Knowledge Management Capital ” pada pendidikan tinggi, maka akan tercapai suatu sinergi yang optimal dalam melahirkan SDM Ritel yang berkualitas.

Seminar ini diharapkan menghasilkan tolok ukur bagi para Pelaku Usaha Ritel di Indonesia dalam melihat kondisi terkini tentang prospek pengembangan SDM Ritel terdidik yang dikaitkan dengan pemanfaatan Information Communication Technology (ICT) di sektor usaha Ritel sehingga diharapkan sinergi dari semua strategi ini dapat lebih meningkatkan iklim usaha Ritel di Tanah Air.

Manajemen Strategi Untuk Pemasaran Ritel

Industri ritel terus berubah seiring dengan perubahan teknologi, perkembangan dunia usaha serta kebutuhan konsumen. Bisnis ritel adalah keseluruhan aktivitas bisnis yang terkait dengan penjualan dan pemberian layanan kepada konsumen untuk pengunaan yang sifatnya individu sebagai pribadi maupun keluarga. Agar berhasil dalam pasar ritel yang kompetitif, pelaku ritel harus dapat menawarkan produk yang tepat, dengan harga, waktu, dan tempat yang tepat pula. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pelaku ritel terhadap karakteristik target pasar atau konsumen yang akan dilayani merupakan hal yang sangat penting.

Dalam operasionalnya pelaku ritel menjalankan beberapa fungsi antara lain membantu konsumen dalam menyediakan berbagai produk dan jasa. Menjalankan fungsi memecah maupun menambah nilai produk, secara keseluruhan pengelola bisnis ritel membutuhkan implementasi fungsi-fungsi manajemen secara terintegrasi baik fungsi keuangan, pemasaran, sumberdaya manusia, maupun operasional. Sehinga pelaku ritel dapat memahami secara penuh tentang lingkup bisnis ritelnya, cara strategi pengembangannya dan manajemen bisnisnya.

Strategi ritel merupakan pernyataan yang menjelaskan hal-hal :

1. Sasaran pasar ( Target market ), yaitu segmen-segmen pasar yang direncanakan untuk dilayani terkait dengan aktivitas memfokuskan sumber daya yang harus disiapkan oleh ritel

2. Format yang direncanakan akan digunakan utnuk memenuhi kebutuhan target pasar. Format ritel adalah gabungan, ritel didasarkan pada sifat atau ciri barang dan jasa yang ditawarkan, kebijakan penentuan harga, pemasangan iklan dan program promosi, design took, dan lokasi khusus.

3. Dasar perencanaan ritel untuk memperoleh keunggulan bersaing yang dapat dipertahankan atau keuntungan dari persaingan yang dapat dipertahankan dalam jangka panjang.

Dengan demikian tiap strategi ritel akan meliputi :

- Pemilihan segmen target pasar & penentuan format ritel

- Pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel untuk mengurangi tingkat kompetensi yang dihadapi

Konsep ritel adalah orientasi manajemen yang memfokuskan ritel dalam menentukan kebutuhan target pasar serta memenuhi kebutuhannya dengan lebih efektif & efisien. Ritel Yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang dilakukan oleh pesaing. Tugas utama dalam mengembangkan bisnis ritel adalah menetapkan sasaran pasar. Proses ini diawali dengan menetapkan segmentasi pasar.

Hal - hal penting yang harus diperhatikan dalam bisnis ritel untuk mengembangkan keunggulan bersaing:

1. Loyalitas konsumen

Loyalitas konsumen berarti kesetiaan konsumen untuk berbelanja di lokasi ritel tertentu. Mempunyai konsumen yang loyal adalah metode yang penting dalam mempertahankan keuntungan dari para pesaing, jika memiliki konsumen yang loyal berarti konsumen memiliki keengganan untuk menjadi pelanggan pada ritel-ritel pesaing

2. Program loyalitas

Program loyalitas adalah bagian dari keseluruhan manajemen hubungan antar konsumen, Program ini sudah umum dijalankan dalam bisnis ritel, program loyalitas bekerja sama dengan manajemen hubungan pelanggan/Customer Relationship Marketing (CRM) . Anggota - anggota program loyalitas diketahui saat mereka membeli, karena mereka menggunakan beberapa tipe kartu loyalitas, informasi pembelian disimpan dalam database yang besar, dari dari database dapat diketahui jenis-jenis barang apa yang dibeli oleh konsumen, dengan mengunakan cara ini pelaku ritel dapat menyesuaikan berbagai penawaran untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang loyal dengan baik. Beberapa pelaku ritel yang telah mengunakan program ini seperti: Alfa dengan AFC (Alfa Family Club), Carrefour dengan Kartu Belanja (KB) Carrefour, Matahari dengan MMC (Matahari Club Card), dan masih banyak contoh lainnya.

3. Lokasi

Lokasi adalah factor utama dalam pemilihan oleh konsumen. Ini juga keunggunlan bersaing yang tidak mudah ditiru. Contohnya: Starbucks , mereka menciptakan keberadaan pasar yang sulit untuk disaingi; Carrefour, mereka selalu menentukan lokasi yang selalu strategis. Pemilihan lokasi yang tepat mempunyai keuntungan yaitu :

1. Merupakan komitmen sumber daya jangka panjang yang dapat mengurangi fleksibilitas masa depan ritel itu sendiri.

2. Lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan bisnis ritel dimasa yang akan datang, area yang dipilih haruslah mampu untuk tumbuh dari segi ekonomi sehingga dapat mempertahankan kelangsungan toko saat awal ataupun masa yang akan datang.

Penentuan lokasi dapat dimulai dengan memilih komunitas, keputusan ini sangat bergantung pada potensi pertumbuhan ekonomi dan stablitas maupun persaingan serta iklim politik. selain itu juga lokasi geografis sangat menentukan.

4. Manajemen sumber daya manusia

Ritel adalah bisnis tenaga kerja intensif, para pegawai memiliki peranan penting dalam memberikan layanan pada konsumen dan membangun loyalitas konsumen.

5. Sistem distribusi & informasi

Semua ritel berusaha untuk mengelola usaha secara efisien, mereka terus memenuhi kebutuhan konsumen, dan pada saat yang sama member konsumen barang-barang dengan harga lebih baik dari pada pesaingnya atau memutuskan untuk mengunakan kesempatan guna menarik perhatian konsumen dari para pesaing denganmenawarkan jasa, barang, dan penyajian visual yang lebih baik.

6. Barang - barang yang unik

Mengembangkan merek-merek berlabel (juga disebut merek-merek toko) yang merupakan produk-produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh ritel dan hanya tersedia dari ritel tersebut.

7. Layanan konsumen

Dibutuhkan waktu dan usaha untuk membangun sebuah tradisi dan reputasi untuk layanan konsumen, karena layanan konsumen yang bagus merupakan asset strategis yang sangat berharga.

Pengertian Manajemen Retail

Definisi Manajemen
  • Menurut Alex. S. Nitisemito (1992:9)manajemen adalah ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain.
  • Menurut Malatu S.P. Hasibuan (1995:9) manajemen merupakan ilmu dan seni ,engatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnyasecara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu

Meskipun banyak difinisi yang dirumuskan, tetapi semua definisi tersebut mengacu pada satu pengertian yaitu manajemn merupakan suatu seni atau suatu proses perencanaan, pengorganisasian. Pergerakan dan pengendalian atas sumber-sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang di tetapkan.

Definisi Retail

  • Menurut berman dan evans (2001:3) adalah “retail consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers for their personal, family, or household use”

Pengertian dari pernyataan diatas adalah Retail terdiri atas aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam menjual barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri, keluarga maupun rumah tangga.

Dari definisi diatas bias dikatakan bahwa bisnis retail terdiri dari beberapa aktivitas yang saling mendukung dan mempengaruhi sehingga terjadi kegiatan perdagangan antara pedagang dan konsumen.

Jadi bisnis retail tidak bisa terdiri dari satu kegiatan saja.

Setelah mengetahui definisi Manajemen dan Retail maka bisa dirumuskan manajemen retail adalah pengaturan keseluruhan factor-faktor yang berpengruh dalam perdagangan retail, yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen. Factor-faktor yang berpengaruh dalam bisnis retail adalah place, price, product, dan promotion yang dikenal sebagai 4P.

Kajian Manajemen Retail di Indonesia

Latar Belakang

Bisnis ritel merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek cukup baik. Teruatam jika mengamati jumlah populasi penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai kurang lebih 220 juta jiwa. Alhasil, rasio keberadaan ritel khusunya ritel modern apabila diabdingkan dengan total penduduk Indonesia masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar (satu ritel masih harus melayani 500.000 jiwa).

Keberadaan ritel-ritel tradisional memang masih cukup diperlukan dalam konteks melayani segmen ekonomi bawah. Namun kemajuan teknoligi dan tuntutan kebutuhan konsumen yang terus meningkat menjadi pendorong adanya perubahan orientasi bisnis dalam lingkup bisnis ritel.
Jika pada awalnya banyak bisnis ritel yang cukup dikelola secara tradisional, tanpa dukungan teknologi yang memadai, tanpa pendekatan manajemen modern dan tanpa berfokus pada kenyamanan dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja pelanggan tidak hany dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel tardisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum terpemuhi (un met need) jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel yang semakin tajam.

Bekal pemahaman terhadap konsep-konsep pengelolaan ritel modern sangat penting untuk dipahami, mengingat kegagalan dalam pengelolaan akan menumbulkan resiko kerugian yang cukup besar. Sedangkan jika seorang pelaku bisnis ritel tetap bertahan dengan pengelolaan ritel secara tradisional tidak memungkinkan untuk memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bila dihadapkan dengan semakin banyaknya ritel-ritel modern yang dikelola dengan modal yang cukup besar maupun terjadinya perubahan pola belanja konsumen yang mempunyai konsekuansi terhadap berubahnya kebutuhan mereka terhadap keberadaan sebuah ritel seperti yang telah dijelaskan di atas.

Pengelolaan ritel modern skala besar dan kecil membutuhkan kesiapan pengelola dalam arti Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan (baik soft maupun hard skill) dalam hal manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan dalam melihat peluang agar dapat memiliki kompetensi untuk bertahan dalam bisnis ritel (continous competitive advantage).

Untuk itu, dipandang penting untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang manajemen ritel yang akan menambah kesiapan pengelola ritel tradisional maupun ritel modern pada umumnya dalam mengimplementasikan semua pengetahuan dan konsep manajemen ritel modern secara terintegrasi khususnya bagi kesiapan dalam mengelola bisnis ritel modern slaka kecil dan menengah secara mandiri maupun apabila terjun sebagai bagian dari manajemen suatu perusahaan ritel skala menengah dan besar.

Bagaimana Mengembangkan Strategi Bisnis Ritel (Retail)?

Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu. Retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Sering kali orang-orang beranggapan bahwa ritel hanya menjual produk-produk di toko. Tetapi retail (ritel) juga melibatkan pelayanan jasa layanan antar (delivery services) ke rumah-rumah. Tidak semua ritel dilakukan ditoko. retail2

Kegiatan yang dilakukan dalam bisnis retail (ritel) adalah menjual berbagai produk, jasa atau keduanya, kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Produsen menjual produk-produknya kepada peretail maupun peritel besar (wholesaler). Peritel besar ini juga kerap disebut sebagai grosir atau pedagang partai besar.

Trend Industri Ritel

Industri retail (ritel) berubah dengan cepat. Perubahan-perubahan itu dapat dilihat dari 1). Perbedaan yang mendasar dan terus berkembang dalam format ritel. 2). meningkatnya konsentrasi industri. 3). Globalisasi dan 4). Penggunaan berbagai cara untuk berinteraksi dengan konsumen.

Saat ini konsumen dapat membeli barang yang sama dari sejumlah retail (ritel) yang berbeda. Masing-masing format ritel menargetkan pangsa pasar yang berbeda dan yang semakin meningkat. Tiap jenis retail (ritel) menawarkan manfaat yang berbeda, sehingga para konsumen bisa berlangganan pada retail (ritel) yang berbeda untuk pembelian dan kebutuhan yang berbeda.

Pada awalnya retail (ritel) adalah bisnis lokal. Saat ini, konsep ritel yang berhasil disebuah negara telah berkembang secara global. Mengapa beberapa konsep ritel dapat berkembang secara global dan sementara beberapa tidak bisa berkembang? biasanya tergantung pada apa yang dinamakan keunggulan bersaing (competitive advantage) di negara tersebut. Saya akan sebutkan beberapa faktor yang mendorong globalisasi yang dilakukan para peritel internasional:

a. Pasar Domestik yang semakin Jenuh

Di Amerika Serikat, banyak peritel gagal karena banyaknya para pelaku pasar yang memiliki kesamaan produk yang dijual. Hal ini mendorong peritel tersebut melakukan ekspansi ke luar negeri.

b. Sistem dan Keahlian

Saat ini peritel memiliki kemampuan mengatur toko-toko yang ada di luar negeri dengan lebih baik karena kemampuan mereka dalam mengelola sistem informasi dan distribusi yang lebih mudah ditransfer dari negara asalnya.

c. Hilangnya batasan perdagangan

Kebijakan perdagangan internasional yang menghapus berbagai hambatan dalam perdagangan seperti WTO atau NAFTA.

STRATEGI MANAJEMEN RITEL (RETAIL)?

Strategi retail (ritel) menekankan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan. Strategi ritel (retail) meliputi penentuan target pasar, sifat barang dan jasa yang ditawarkan,dan bagaimana ritel memperoleh keuntungan jangkan panjang dari para pesaingnya. Bagian kebutuhan strategi dalam strategi retail (ritel) antara lain strategi pasar, strategi keuangan, strategi lokasi, struktur organisasi dan sumber daya manusia.

Aspek pemasaran dalam ritel meliputi:

1. Definisi strategi pemasaran retail (ritel)

2. Pemahaman terhadap target pasar bila dikaitkan dengan pilihan terhadap format retail (ritel)

3. Bagaimana retail (ritel) dapat membangun strategi keunggulan bersaing yang berkelanjutan

4. Tahapan dalam mengembangkan strategi pemasaran retail (ritel)

Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia dalam retail (ritel) meliputi:

1. Alasan mengapa manajemen SDM mempunyai peranan penting membentuk sebuah bisnis atau organisasi retail (ritel)

2. Bagaimana retail (ritel) membuat keuntungan yang kompetitif dan mendukung, dengan cara mengembangkan dan mengelola SDM

3. Bagaimana ritel mengkoordinasi aktivitas para karyawan dan memotivasi mereka mencapai tujuan

4. Program-program manajemen SDM untuk membangun komitmen kerja

5. Bagaimana dan mengapa ritel mangatur perbedaan antarkaryawan

Aspek Keuangan dalam retail (ritel) meliputi:

1. Bagaimana strategi retail (ritel) direfleksikan dalam tujuan keuangan

2. Bagaimana ritel menggunakan alat-alat dan metode untuk mengevaluasi kinerjanya

3. Bagaimana model strategis keuntungan dapat digunakan

retail1

Aspek pemilihan lokasi dalam area perdagangan retail (ritel) meliputi:

1. Tipe Lokasi yang memungkinkan oleh retail

2. Mengevaluasi keunggulan relatif dari setiap area perdagangan yang dipilih.

3. Tipe lokasi perdagangan yang memungkinkan untuk tumbuh

4. Jenis lokasi yang ada

5. Alasan mengapa suatu ritel tetap berlokasi disuatu tempat tertentu meskipun ada retail (ritel) lain berlokasi ditempat berbeda

6. Keuntungan relatif yang didapat dari sebuah tipe lokasi

7. Tipe lokasi yang cocok bagi retail (ritel)

8. Tipe lokasi yang kurang diminati

9. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan oleh peritel dalam memilih lokasi

Aspek Sistem Informasi dan Manajemen meliputi:

1. Keunggulan strategis yang diperoleh melalui manajemen rantai pemasok

2. Bagaimana barang daganan dan informasi mengalir dari vendor ke retail (ritel) ke pelanggan dan kembali

3. Perkembangan informasi dan teknologi yang bisa memudahkan komunikasi antara vendor dengan ritel(retail)

4. Sistem pengiriman respons cepat

Manajemen Hubungan Pelanggan ( Customer Relationship Management) meliputi:

1. Pengertian manajemen hubungan pelanggan

2. Peran Customer Relationship Management sebagai strategi membangun kesetiaan pelanggan

3. Implementasi program Customer Relationship Management dalam bisnis retail (ritel)

STRATEGI PEMASARAN RITEL (RETAIL)

Strategi pemasaran ritel (retail) meliputi (1). pemilihan segment target pasar dan penentuan format ritel (retail) dan (2). pengembangan keunggulan bersaing yang memungkinkan ritel (retail) untuk mengurangi tingkat kompetensi yang dihadapi.

Ritel (retail) yang berhasil harus memenuhi kebutuhan pelanggan pada segmen pasar yang dilayani secara lebih baik daripada yang dilakukan pesaing. Pasar ritel (retail) bukan merupakan tempat khusus dimana para pembeli dan penjual bertemu, tetapi sebagai kelompok konsumen dengan kebutuhan-kebutuhan yang sama (segmen pasar) dan sekelompok ritel (retail) yang menggunakan format ritel (retail) yang sama untuk memenuhi kebutuhan konsumen tersebut.

Pasar sasaran dalam ritel (retail) sering kali ditetapkan berdasarkan faktor demografis, geografis dan psikografis. Menetapkan pasar sasaran merupakan syarat untuk menetapkan strategi bauran ritel (retail). Bauran ritel (retail) atau disebut dengan retail mix adalah kombinasi elemen-elemen produk, harga, lokasi, personalia, promosi dan presentasi atau tampilan-untuk menjual barang dan jasa pada konsumen akhir yang menjadi target pasar.

STRATEGI PERTUMBUHAN RITEL (RETAIL)

Ada 4 jenis pertumbuhan yang diusahakan oleh ritel (retail) yaitu penembusan pasar, perluasan pasar, pengembangan format ritel dan diversifikasi.

Kesempatan penembusan pasar (market penetration) meliputi usaha-usaha langung terhadap konsumen yang ada dengan menarik konsumen pada target pasar sekarang yang tidak berbelanja di tokonya untuk lebih sering mengunjungi toko tersebut atau untuk membeli lebih banyak barang pada tiap kunjungan. Pendekatan lain adalah dengan penjualan silang yaitu dengan menjual barang-barang tambahan pada konsumen.

Kesempatan perluasan pasar menggunakan format ritel(retail) yang ada dalam segmen pasar baru. Dalam hal ini segmen pasar ditetapkan didipertajam untuk memenuhi selera dari target pasar yang ingin dibidik secara tersendiri.

Pengembangan format ritel (retail) meliputi penawaran format ritel (retail) baru, misalnya dengan menggunakan internet marketing atau e-commerce sehingga konsumen bisa berbelanja tanpa harus ke lokasi.

Kajian Manajemen Retail

Latar Belakang

Bisnis ritel merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek cukup baik. Teruatam jika mengamati jumlah populasi penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang diperkirakan mencapai kurang lebih 220 juta jiwa. Alhasil, rasio keberadaan ritel khusunya ritel modern apabila diabdingkan dengan total penduduk Indonesia masih menunjukkan kesenjangan yang cukup besar (satu ritel masih harus melayani 500.000 jiwa).

Keberadaan ritel-ritel tradisional memang masih cukup diperlukan dalam konteks melayani segmen ekonomi bawah. Namun kemajuan teknoligi dan tuntutan kebutuhan konsumen yang terus meningkat menjadi pendorong adanya perubahan orientasi bisnis dalam lingkup bisnis ritel.
Jika pada awalnya banyak bisnis ritel yang cukup dikelola secara tradisional, tanpa dukungan teknologi yang memadai, tanpa pendekatan manajemen modern dan tanpa berfokus pada kenyamanan dan keinginan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Pergeseran pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi dari sejumlah studi yang dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja pelanggan tidak hany dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang keperluan hidup, namun lebih mengarah pada terpenuhinya kebutuhan untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi inilah yang mendorong bisnis ritel tardisional mulai harus peka menaggapi kebutuhan pelanggan yang belum terpemuhi (un met need) jika mereka ingin tetap bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel yang semakin tajam.

Bekal pemahaman terhadap konsep-konsep pengelolaan ritel modern sangat penting untuk dipahami, mengingat kegagalan dalam pengelolaan akan menumbulkan resiko kerugian yang cukup besar. Sedangkan jika seorang pelaku bisnis ritel tetap bertahan dengan pengelolaan ritel secara tradisional tidak memungkinkan untuk memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bila dihadapkan dengan semakin banyaknya ritel-ritel modern yang dikelola dengan modal yang cukup besar maupun terjadinya perubahan pola belanja konsumen yang mempunyai konsekuansi terhadap berubahnya kebutuhan mereka terhadap keberadaan sebuah ritel seperti yang telah dijelaskan di atas.

Pengelolaan ritel modern skala besar dan kecil membutuhkan kesiapan pengelola dalam arti Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan (baik soft maupun hard skill) dalam hal manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan dalam melihat peluang agar dapat memiliki kompetensi untuk bertahan dalam bisnis ritel (continous competitive advantage).

Untuk itu, dipandang penting untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang manajemen ritel yang akan menambah kesiapan pengelola ritel tradisional maupun ritel modern pada umumnya dalam mengimplementasikan semua pengetahuan dan konsep manajemen ritel modern secara terintegrasi khususnya bagi kesiapan dalam mengelola bisnis ritel modern slaka kecil dan menengah secara mandiri maupun apabila terjun sebagai bagian dari manajemen suatu perusahaan ritel skala menengah dan besar.

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai Lembaga Pengembangan Manajemen Fakultas Ekonomi Unika Widya Mandala urabaya Kajian Manajemen Ritel adalah: Mengembangkan Sumber Daya Manusia bidang Manajemen Ritel yang berpengetahuan, berkemampuan dan berkeahlian melalui:

  1. Pemberian pengetahuan tentang dasar-dasar penting secara praktek untuk memulai bisnis ritel modern skala kecil dan menengah
  2. Pemberian kita-kiat untuk meminimumkan resiko gagal dalam memasuki bisnis ritel modern
  3. Menambah peluang sukses memulai dan bertahan dalam bisnis ritel modern
  4. Memberikan referensi penting untuk sukses dalam bisnis ritel modern
  5. Menyusun strategi untuk mencapai kesuksesan dalam bisnis ritel modern
  6. Memberikan pedoman dalam pembuatan rencana kerja dalam bisnis ritel modern

Sasaran

  1. Para pengusaha kecil dan menengah yang berkeinginan terjun dalam bisnis ritel sebagai:
    1. Pemula dalam bisnis ritel modern skala kecil dan menengah secara mandiri
    2. Tenaga yang akan bergabung dala operasional perusahaan ritel modern skala kecil dan menengah
    3. Pelaku bisnis ritel tardisional kecil dan menengah yang berkeinginan untuk mengembangkan diri
    4. Tenaga yang akan bergabung dalam manajerial perusahaan ritel modern skala kecil dan menengah pada tingkatan supervisor/penyelia
  2. Para pengusaha ritel tradisional kecik dan menengah yang menjadi binaan suatu lembaga/institusi/organisasi lembaga swadaya masyarakat

Bidang Kompetensi

Pelatihan, penelitian dan konsultasi dalam bidang Manajemen Ritel, meliputi:

  1. Perencanaan Bisnis Ritel (Retail Business Plan)
  2. Audit Ritel Manajemen
  3. Perencanaan dan Penyusunan Strategi Pemasaran Ritel
  4. Pengelolaan Barang Dagangan (Merchandise Management)
  5. Pengelolaan Operasional Toko (Store Operation)
    Kiat Sukses Mengeloal Ritel Modern Skala Menengah dan Kecil (memulai dan mampu bertahan dalam era kompetisi)
  6. Pergeseran Paradigma Pengelolaan Ritel Tradisional menuju Paradigma Ritel Modern
  7. Analisis Perilaku Belanja Konsumen
  8. Retail Mix (Bauran Ritel)
  9. Pengelolaan Loss Prevention
  10. Studi Kelayakan Bisnis Ritel

Tenaga Pendukung

PPAB – FE UKWMS Kajian Manajemen Ritel didukung oleh tenaga-tenaga profesional yang berkemampuan dan berpengetahuan:

  1. Dr. Ch. Whiya Utami (Marketing in Retail Business & Service Management)
  2. Margaretha Ardhanari, SE., M.Si. (Loss Prevention & Retail Merchandise Management)
  3. Veronika Rachmawati, SE., M.Si. (Consumer Behavior & Marketing Stategic in Retail Business)
  4. Diyah Tulipa, SE., M.Si. (Store Operation Management & Financial Management in Retail Business)
  5. Elisabeth Supriharyanti, SE., M.Si. (Inventory & Operation Management in Retail Business)
  6. Aries Heru, SE., M.Si. (System Information and Financial Management in Retail Business)
  7. Expert Team from PT Matahari Putra Prima

Seri Lokakarya/Pelatihan yang diadakan Kajian Manajemen Ritel PPAB Fakultas Ekonomi Unika Widya Mandala Surabaya, antara lain:

JUDUL

TARGET AUDIENCE

Kiat Sukses Mengelola Ritel Modern Skala Kecil dan Menengah (Memulai dan Mampu Bertahan dalam Era Kompetisi)
Pelaku Bisnis Ritel Skala Kecil dan Menengah (UKM)
Perilaku Belanja Konsumen dan Implementasi dalam Penyusunan Strategi Retail Mix (bauran Ritel)
Management level in big or middle retail modern organization
Manajemen Toko dan Barang Dagangan (Store and Mechandise Management in Retail Business)
Management level in big or middle retail modern organization
Pergeseran Paradigma Pengelolaan Ritel Tradisional menuju Paradigma Ritel Modern: Bagaimana sinergi ritel tradisional dan modern harus di bangun dan dikelola?
Pelaku Bisnis Ritel Skala Kecil dan Menengah (UKM) maupun skala besar, Departemen Perdagangan, Akademisi dan Koperasi
Audit Manajemen Ritel (Audit Retail Management)
Management level in big or middle retail modern organization