BAGI pemerhati, praktisi manajemen pemasasaran, pasti tahu konsep bauran pemasaran (marketing mix). Nah, dalam manajemen ritel modern dikenal bauran ritel (retail mix).
Inilah jantung atau penggerak dari semua aspek operasional dari manajemen ritel. Saya kira, penting bagi pemerhati konsep dan praktisi ritel menyimak bagaimana konsep dan implementasi bauran ritel (retail mix). Bauran ritel adalah elemen-elemen yang menjadi faktor penentu dalam implementasi strategi dan taktik yang dijalankan oleh peritel.
Bauran ritel terdiri dari beberapa elemen yaitu Place, People, Product, Price, Promotion. Kelima elemen tersebut saling melengkapi satu dengan lainnya sehingga digambarkan dalam wujud bangunan menyerupai ‘rumah’.
Terdapat enam elemen bauran ritel yang akan memiliki fungsi saling mendukung dan melengkapi. Tidak dapat dikatakan bahwa satu elemen memiliki peran yang lebih penting dibandingkan elemen lain karena masing-masing elemen akan saling mendukung dan melengkapi.
Lokasi (Place)
Lokasi adalah faktor yang sangat penting dalam bauran ritel. Pada lokasi yang tepat, sebuah gerai akan lebih sukses dibandingkan gerai lainnya yang berlokasi kurang strategis, meskipun keduanya menjual produk yang sama, merchandise dijual oleh pramuniaga yang sama banyak dan sama-sama memiliki keterampilan, bahkan sama-sama memiliki setting /ambience yang bagus.
Beberapa jenis gerai yang berbeda seperti supermarket, variety store/depatment store, toko fashion dapat menetapkan lokasi, berkumpul dalam suatu area perdagangan ritel; seperti mal atau pusat bisnis. Masing-masing mendapatkan pembeli dari segmen yang sesuai incaran mereka.
Hal ini dimungkinkan setelah masing-masing peritel mempelajari karakteristik mal atau pusat perbelanjaan yang bersangkutan dari berbagai aspek seperti luas dan kepadatan wilayah/area yang dilayani, kelas sosial ekonomi penduduk, luas mal/pusat perbelanjaan, kondisi lalu lintas, sarana transportasi umum, dll.
Berbagai faktor tersebut akan mendatangkan informasi tentang banyaknya kunjungan masyarakat ke mal setiap harinya dan perkiraan belanja. Beberapa hal yang perlu menjadi pemikiran terkait dengan penetapan lokasi ritel adalah sebagai berikut:
*Lokasi merupakan hal yang kritis dalam bisnis ritel, meliputi pemilihan terhadap wilayah perdagangan untuk bisnis tersebut dan di mana tepatnya bisnis tersebut akan dijalankan.
*Ukuran toko pada suatau lokasi tertentu, yang dimaksud dengan ukuran adalah besar dan bentuk toko yang dapat memaksimumkan produktifitas tempat yang ada. Hal ini penting dilakukan, kadang ritel dihadapkan pada pilihan lokasi yang strategis, namun luas area untuk toko tidak mencukupi (sempit)
*Layout/penyajian toko pada suatu lokasi, mengacu kepada arus trafik/lalu lintas konsumen; lokasi dan banyaknya departemen barang yang akan dijual, luas dan lokasi counter pelayanan konsumen; area penyimpanan barang; serta suasana di sekeliling toko.
Keputusan menentukan lokasi dapat berubah karena ritel juga harus melakukan investasi substansiil, seperti melakukan pembelian dan pengembangan untuk tokonya, atau menyewa secara jangka panjang kepada para pengembang.
Seandainya ditempatkan di mall atau daerah pusat bisnis, menguntungkan bagi ritel karena strategi bersaingnya lain tidak mudah ditiru, sebab ada batasan penempatannya.
Ritel mempunyai 3 tipe dasar lokasi yang bisa dipilih :
1. Pusat perbelanjaan
2. Lokasi di kota besar atau bertempat di tengah kota, maupun kota kecil
3. Freestanding (bebas)
Produk yang dijual peritel dalam gerainya, disebut merchandise merupakan satu dari unsur bauran pemasaran ritel (retail marketing mix). Produk yang dibeli oleh peritel untuk dijual kembali merupakan penerjemahan dari positioning yang dipilih oleh peritel tersebut (karena penting bagi peritel untuk menentukan positioning di awal memulai bisnis).
Merchandise yang akan dijual penting untuk dipilih dengan karena merchandise adalah mesin sukses bagi pengecer. Produk yang dijual peritel (merchandise) merupakan satu dari unsur bauran pemasaran ritel yang penting dan terkait dengan hal-hal sebagai berikut :
*Intensitas yaitu mengenai produktifitas barang-barang yang dijual yang dinyatakan sebagai penjualan barang tersebut per meter persegi.
*Mode/gaya yaitu mengenai jenis barang yang akan dijual oleh pengecer yang bersangkutan, seperti seberapa jauh barang yang dijual dapat mengikuti mode atau seberapa inovatif mode/gaya barang yang dijual, di mana hal ini menentukan tingkat perbedaan/diferensiasi suatu usaha dengan usaha lain yang sejenis.
*Keragaman barang mengacu kepada bauran produk yang akan dijual dalam hal pilihan akan jenis barang dan jumlah barang (“depth”/dalam dan *width”/lebar).
*Christina Whidya Utami adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mandala Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar